00
“Gak ada yang mau kamu sampaikan sama saya?” Pemuda dengan pakaian serba hitam itu mengetuk-ngetuk pelan meja yang menjadi pemisah antara dirinya dan lawan bicaranya.
Lawan bicaranya menarik napas tertahan kemudian menegakan tubuhnya. “Gak ada. Memangnya saya harus bicara apa sama kamu?”
“Kamu nggak merasa berhutang pada saya?” tanyanya memancing si lawan bicara. “Keterlaluan jika kamu nggak ingat itu.”
Gadis berambut cepol yang menjadi lawan bicaranya mengernyit heran. “Saya gak ngerasa punya hutang sama kamu, jangan mengada ada.”
Si lelaki menghela napas berat. Seketika tatapannya menajam, menatap sengit gadis itu. “Kamu berhutang penjelasan kepada saya.” Dia mendekatkan wajahnya pada sang lawan bicara lalu berbisik, “Bagaimana bisa kamu tahu suku Asrey?”
Tubuh gadis itu menegang, dia tahu dari awal memang itu tujuan dari pemuda di hadapannya, bertanya mengenai suku yang sudah lama menghilang itu. “Kamu ingin jawaban yang seperti apa? Jawaban kalau saya tahu suku itu… atau jawaban kalau kamu bahkan lebih dari tahu tentang suku itu?”
Senyum miring terbit di bibir gadis itu ketika melihat wajah terkejut si pemuda. “Kenapa terkejut? Bukan harusnya saya yang terkejut?”
Pemuda itu memalingkan wajahnya seraya mengusapnya kasar. Kepalanya mendadak pening, ini di luar dugaannya.
“Pertanyaan kamu terdengar seperti tidak mengenal suku itu sama sekali, tapi mana mungkin seperti itu.” Kini gadis itu mendekatkan wajanya pada pemuda di hadapannya, ia menyeringai. “Kamu sangat tahu tentang mereka, bahkan lebih tahu dibanding saya. Benar kan, ketua suku, Gale Narain atau mungkin lebih tepatnya, Garvin Ardolph.”
Gale atau mungkin bisa kita panggil Garvin itu tertawa meledek. “Sudah ingat? Saya pikir saya harus menunggu reinkarnasi berikutnya agar kamu mengingat saya.”
Gadis itu berdecak. “Bukankah itu terlalu lama.”
“Memang.” Gale tersenyum manis. “Saya bersyukur bisa kembali bertemu kamu, walau dulu kamu adalah penyebab hancurnya suku saya.”
“Jadi, kamu masih menyalahkan saya atas tenggelamnya suku Asrey?” tanya gadis cantik itu sedikit kesal.
Pemuda bertubuh tegap itu menggeleng. “Itu bukan hanya salah kamu, itu salah saya juga. Kisah cinta kita memang akan membawa bencana bagi suku Asrey. Manusia dan hydreca memang tidak akan pernah bisa bersatu.”
Gadis itu bungkam, ucapan pemuda di depannya ini benar. Manusia dan hydreca tidak akan bisa bersatu.
“Lupakan itu. Saya senang kamu terlahir kembali sebagai manusia dengan nama yang sama, Kirene Itzel.”