11

Kayla berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Keadaan rumah yang masih sepi menandakan dia masih di rumah sendiri. Sepertinya Kak Abrar tidak pulang ke rumah hari ini. “Kayaknya gua harus masak telur lagi hari ini,” gumamnya.

Saat gadis itu hendak berjalan kembali menuju kamarnya, pintu utama rumah terbuka dan disusul dengan Kak Abrar yang memasuki rumah.

“Eh, Kakak udah pulang,” ucap Kayla basa-basi. Pemuda yang lebih tua dua tahun darinya itu merupakan kakak tirinya. Dia dan sang kakak memang tidak begitu dekat. Kak Abrar selalu dingin padanya, mungkin karena dia masih belum menerima pernikahan kedua orang tua mereka.

Kak Abrar tidak membalas ucapan Kayla dan berjalan menuju kulkas untuk mengambil susu kotak. Dia melirik sekilas sang adik tiri lalu berjalan menuju kamarnya.

Kayla tersenyum kikuk. “Aku mau masak telur, Kakak mau? Siapa tahu Kak Abrar belum ma—” ucapannya terpaksa terhenti kala Kak Abrar dengan kasar menutup pintu kamarnya. Kayla tahu jelas apa maksud Kak Abrar dengan membanting pintu kamarnya. Dia tidak mau mendengar suara Kayla.

Helaan napas kasar terdengar dari gadis itu. Dia menyugar rambutnya. “Gua harus ngedeketin dia kayak gimana lagi?” monolognya putus asa.