104

“Mana bukunya?” Laskar melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya menatap tajam Raina yang sedang memainkan rambutnya.

Raina tersenyum miring. “Jangan naif, Laskar. Lo pikir gua bakal ngasih bukunya segampang itu?”

Rahang Laskar mengeras, tangannya terkepal kuat. “Apa yang sebenarnya lo mau? Berhenti ganggu gua.”

“Pertanyaan bagus.” Raina tertawa pelan. “Apa yang gua mau? Gua mau lo.” Raina mengusap leher Laskar pelan.

Dengan cepat pemuda itu menepis tangan Raina. “Gua gak mau sama lo, cewek ular.”

“Jadi lo gak mau bukunya balik dan isi bukunya disebar?”

“Gak usah macem macem,” bentak Laskar kesal.

Raina tersenyum penuh arti. “Kita buat ini mudah aja. Lo turutin semua kemauan gua atau gua sebarin isi bukunya. Gimana?”

Laskar menatap datar Raina. Dia bimbang harus memilih apa.

“Jadi gimana? Cepetan dong jawabnya.”

Laskar meneguk ludah gugup. “Oke, gua turutin semua keinginan lo, tapi jangan aneh aneh.”