117
Kak Abrar memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah rumah yang halamannya terdapat banyak motor. Dia mengeluarkan ponselnya dan meminta orang yang menyimpan tas Kayla untuk keluar menemuinya.
Seorang pemuda berpipi tirus berjalan cepat menghampiri Kak Abrar dan menyerahkan tas itu. “Ini tasnya, Bang.”
Kak Abrar menerima tas itu dan mengucapkan terima kasih. “Sekolah lo gimana? Ada masalah?” tanyanya.
“Nggak ada, Bang.” Pemuda itu menggeleng cepat. Dia diam-diam mencoba melirik ke dalam mobil Kak Abrar yang di dalamnya terdapat Kayla.
Kak Abrar yang sadar jika pemuda itu mencuri pandang ke dalam mobilnya langsung menepuk bahu pemuda itu agak keras. “Lo mau lihat apa?” tanyanya tak santai.
Pemuda itu menggeleng takut. “Nggak, Bang. Maaf,” cicitnya pelan.
Kak Abrar mendekati pemuda itu kemudian berbisik, “Awas sampai lo macem-macem sama adik gua karena kalian satu sekolah. Gua hajar lo, Mar.”
Pemuda itu menelan ludah susah payah. Dia mengangguk takut dan tak membalas ucapan Kak Abrar. Lebih baik cari aman dibanding berurusan dengan Kak Abrar.