136

Tangga lantai dua gedung barat memang jarang dilewati karena di lantai itu hanya terdapat perpustakaan, aula, dan laboratorium. Tempat yang sepi itu sangat strategis bagi Jihan untuk melakukan rencananya.

“Cepet, lo jadi ngomong gak?” Kayla menatap kesal Jihan yang terus menerus menghindari tatapannya. Gadis itu terus menerus menatap sekitarnya seolah menunggu seseorang. “Lo jadi ngomong gak sih? Kalau nggak gua—”

Tiba-tiba Jihan menarik tangan Kayla dan meletakkannya di kepalanya dan membuat tangan Kayla memegang rambutnya. “Kayla, maafin gua! Ampun, Kayla!”

“Lo apa-apaan sih!” Kayla membulatkan matanya terkejut, ucapan Jihan barusan bisa mengundang prasangka buruk dari orang lain. Dia mencoba menarik tangannya, tapi Jihan malah menahannya dan membuat adegan jambak rambut itu terlihat semakin nyata. “Lepasin tangan gua, Jihan.”

Jihan tersenyum miring kemudian melepaskan tangan Kayla. Dengan tiba-tiba dia menjatuhkan dirinya dari tangga hingga menggelinding ke anak tangga terbawah.

“Jihan!” Ghazi dan Rasya berlari menuruni tangga menghampiri Jihan yang terbaring di bawah sana. Gadis itu menangis sembari menunjuk-nunjuk Kayla ketakutan.

Kayla hanya bisa terpaku di tempatnya. Dia tidak menyangka Jihan akan melakukan hal senekat ini.

“Kayla! Lo kenapa dorong Jihan?” Kaisar hendak menarik tangan Kayla agar menghadapnya, tapi tangannya berakhir menggantung di udara karena dicekal oleh seseorang.

Marva di sana, berdiri di depan Kayla sembari memegang tangan Kaisar yang hendak menarik Kayla. “Jangan coba-coba pegang tangan cewek gua kalau gak mau gua patahin tangan lo.”

Jauzan menaikkan sebelah alisnya. “Cewek lo? Bangun, udah siang,” sinisnya.

“Sekiranya gua tau gimana cara supaya gak brengsek,” balas Marva meledek. Dia tertawa dalam hati melihat Jauzan dan Kaisar yang nampak kesal.

Tiba-tiba Emil, Madhava, dan Fathan bertepuk tangan sembari berjalan menghampiri mereka. Emil menyeka matanya seolah baru saja menangis. “Dramanya bagus, ya, lebih bagus dari drama azab. Jadi terharu,” ucapnya dengan di.

Madhava menatap remeh Jihan yang menangis di antara Ghazi dan Rasya. “Drama lo keren,” komentarnya sembari mengacungkan jempol. “Gimana? Udah cukup belum validasinya kalau drama lo keren?”

Jihan tidak membalas, dia masih terus melanjutkan akting sebagai korbannya di sana. Tapi jauh di lubuk hati, dia sudah menyumpah serapahi Madhava karena mengejeknya.

“Tolol boleh, tapi jangan berlebihan ya.” Fathan tersenyum manis kemudian menepuk bahu Kaisar ketika menyadari wajah pemuda itu yang berubah menjadi kebingungan.

Akan sangat terlihat bodoh jika empat pemuda itu percaya jika Jihan jatuh karena Kayla. Semoga saja mereka tersadar siapa yang menjadi pelaku utamanya di sini. Ya, semoga.