162
Pemuda berambut coklat itu tersenyum lebar saat menatap rumah bercat biru muda di hadapannya. Ini pertama kalinya dia menginjakan kakinya di rumah ini setelah lima tahun menetap di Jepang.
Dia mulai melangkah memasuki halaman rumah itu. Dia berhenti sesaat ketika melihat sebuah motor yang terparkir di sana. “Bang Atma beli motor? Kok gak bilang,” ucapnya lalu kembali berjalan masuk ke rumah.
“Halo kawan-kawan akhirnya gua nyampe rumah!” Pemuda itu berseru senang seraya melempar tasnya ke sofa. “Ini gak ada yang mau nyambut gua?” tanyanya sedikit kesal karena tidak ada yang merespon ucapannya tadi.
Dia melangkah menuju dapur saat indera pendengarnya menangkap suara seseorang yang sedang mengobrol. Dia mendapati Geya sedang mengobrol dengan seorang pemuda sambil tertawa kecil. “Lo gak mau nyambut gua?” tanyanya membuat Geya menatapnya terkejut.
Sontak gadis itu berjalan menuju pemuda itu lalu mengacak rambutnya. “Cie yang pulang ke Indonesia,” ucap Geya sambil tertawa. “Lo bawa oleh-oleh apa, Jer?”
Jeremy berdecak kesal lalu mencubit pipi kakak kembarnya itu sebagai pelampiasan. “Gua baru nyampe, lo malah cari oleh-oleh. Btw, cowok itu siapa?” tanyanya seraya menunjuk pemuda yang tadi mengobrol dengan Geya.
Gadis berambut panjang itu langsung menarik tangan Jeremy mendekat ke arah Auriga. Dia menatap sang kekasih lalu tersenyum. “Auriga, dia Jeremy adik kembar aku.” Geya beralih menatap Jeremy di sebelahnya. “Dia pacar gua, namanya Auriga.”
Jeremy mendelik saat menyadari cara bicara Geya yang berbeda saat bicara dengannya dan Auriga. “Pilih kasih. Sama pacarnya aja lemah lembut, giliran sama gua kayak nenek lampir.”
Jeremy menatap Auriga dari atas sampai bawah lalu berdecak. “Cakepan gua dari pada dia,” ucapnya lalu berjalan menuju kamar miliknya, meninggalkan sepasang kekasih itu di dapur.
“Kayaknya adik kamu gak suka aku,” celetuk Auriga sambil terkekeh ringan. Dia tersenyum simpul saat melihat ekspresi wajah gadis itu yang berubah murung. Dia kemudian merangkul bahu Geya dan berujar, “Aku gak apa-apa, santai aja. Sekarang mending habisin bubur kamu.”