17
Kayla berjalan santai menelusuri koridor sekolah. Jangan tanya kenapa dia malah berjalan dengan santai padahal bel pelajaran pertama sudah berbunyi lima menit lalu.
Kayla menghentikan langkahnya ketika namanya dipanggil oleh Bu Martha, wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dia berjalan mendekati sang guru lalu mencium tangannya. “Ada apa ya, Bu?”
“Bisa tolong panggilkan Pak Budi di depan gerbang sekolah? Bilang kalau sudah ditunggu di ruang rapat sekarang,” ujar Bu Martha seraya menunjuk ke arah pintu gerbang sekolah. “Kalau gitu Ibu tinggal, ya. Sudah ditunggu kepala sekolah. Terima kasih ya, Kayla.”
“Iya Bu, sama-sama.” Kayla mengangguk mengerti dengan perintah dari Bu Martha. Lalu mulai berjalan menuju gerbang sekolah. Langkahnya semakin pelan kala dia sampai di dekat gerbang. Pak Budi sedang memarahi anak-anak yang telat.
Kayla menarik napas dalam sebelum memberanikan diri memotong acara marah-marah sang guru. “Maaf Pak Budi, bapak ditunggu Bu Martha di ruang rapat sekarang, Pak,” ucapnya dengan sedikit takut.
Pak Budi menepuk keningnya, sepertinya dia lupa jika ada rapat pagi ini. “Terima kasih sudah mengingatkan saya, Kayla. Saya lupa hari ini ada rapat.” Dia menatap beberapa siswa yang hari ini datang terlambat. “Kalian kembali ke kelas saja, saya harus rapat.”