26
Kayla menendang kecil batu yang berada di dekat kakinya. Ini sudah hampir 45 menit dia berdiri di depan sekolah karena katanya Kak Abrar akan menjemputnya.
“Dia tuh niat jemput gak sih? Tau gini mending gua pulang sama Ghazi aja,” gerutu Kayla kesal.
Kayla melirik beberapa pemuda yang keluar gerbang seraya mengobrol. Salah satu dari para pemuda itu berpamitan lalu berjalan menuju arahnya sembari memainkan ponselnya.
“Bisa-bisanya dia jalan sambil main handphone, gak takut keserempet mobil kali ya?” gumam gadis itu masih sambil memperhatikan si pemuda.
Dan tepat sekali saat pemuda itu berada beberapa langkah darinya, sebuah mobil melaju cepat dan hampir menabraknya.
Dengan sigap Kayla menarik pemuda itu agar menjauh dari pinggir jalan. “Lain kali jangan main handphone sambil jalan,” omelnya begitu saja.
Pemuda itu mengerjapkan matanya, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Matanya menatap mobil berwarna abu-abu yang melaju cepat. Ah, dia baru saja hampir keserempet mobil.
“Iya maaf, lain kali gak diulangi lagi,” balas pemuda itu dengan suara pelan. Jika tidak ada gadis ini sudah dipastikan dia akan berbaring di ranjang rumah sakit. “Terima kasih, ya.”
“Iya, sama-sama. Jangan jalan sambil main handphone, lo bisa aja ketabrak kayak tadi.” Peringat Kayla. Dia langsung menoleh kala mendengar suara klakson mobil. Kakaknya sudah tiba. “Gua udah dijemput, duluan ya,” pamitnya lalu berlari menuju mobil Kak Abrar.