61
“Widih ngapain lo di sini.” Dafka memarkirkan motornya di halaman rumah Geya. Dia menyerahkan bungkusan kantung pelastik pada Gista dan menyuruhnya masuk ke dalam rumah menemui Geya.
“Cewek gua mana?” tanya Auriga cepat. Sesekali mengintip ke dalam rumah lewat pintu yang terbuka.
Dafka turun dari motor dan berdiri di depan pintu, berusaha menghalangi Auriga. “Mantan kali, lo berdua kan udah putus,” ucapnya sambil tertawa. “Dia ada di dalem, lagi nonton tv kali.”
Auriga menggeser tubuh Dafka dan hendak masuk ke dalam rumah ketika dia melihat gadis itu sepintas. Tapi Dafka justru menahan Auriga agar tidak masuk ke dalam rumah. “Mau ke mana lo? Gak ada masuk masuk, pulang sana.”
“Gua mau ketemu—”
“Geya gak mau ketemu,” cela Dafka. Dia mendorong pelan tubuh Auriga agar pergi dar rumah sang sahabat. “Udah sana pulang aja, dia gak mau ketemu lo. Berjuang yang bener biar dia mau sama lo.”
Auriga terlihat enggan meninggalkan rumah itu, dia mau bertemu dengan gadis itu sekali saja. “Tapi gua mau ketemu dia sekali aja.”
Dafka menepuk bahu pemuda itu pelan. “Dengerin kata gua, mending sekarang pulang. Lo mau nyoba gimana pun juga dia gak mau ketemu lo. Pulang aja.”