70

Gadis cantik bersurai panjang itu berjalan menyusuri koridor kampus, dia berniat untuk pulang sekarang karena urusannya di kampus sudah selesai untuk hari ini. Langkahnya terpaksa terhenti karena segerombolan gadis yang sepertinya adik tingkatnya itu mengerubunginya.

“Kak Geya, ini buat Kakak.” Satu dari tujuh gadis itu menyodorkan boneka beruang berukuran kecil pada Geya.

Geya mengambil boneka itu dengan raut bingung yang begitu ketara di wajahnya. “Makasih, ya. Tapi ini buat apa, ya?”

Bukannya menjawab enam gadis lainnya ikut menyerahkan barang yang mereka bawa pada Geya, setangkai bunga mawar merah dan cokelat. Gadis pertama tadi mengeluarkan sebuah surat dari sakunya dan memberikannya pada Geya. “Tolong dibaca ya, Kak. Kalau gitu kita permisi dulu.”

Geya menatap aneh segerumbulan adik tingkatnya yang langsung kabur begitu saja. “Aneh banget,” gumamnya. Dia membuka surat yang tadi diberikan padanya. Isinya hanya beberapa kalimat, cukup to the point.

Sedangkan itu di sisi lain seseorang menatap Geya dengan senyum lebar di wajahnya. Ia tertawa gemas ketika melihat wajah kebingungan gadis cantik itu. Setelah puas menatap gadisnya dari jauh akhirnya dia memberanikan diri mendekati gadis itu. “Gimana? Mau nggak?”

Geya menatap malas Auriga yang tersenyum sambil menaik turunkan alisnya jahil. “Balikan sama lo? Lain kali aja.”