74. “Bocilnya Adena”

Merasa jengah sedari tadi diperhatikan, Adena langsung menoleh pada Juna yang berdiri tak jauh darinya. Seingatnya tadi dia sudah meminta pemuda itu untuk duduk di ruang tamu, tapi kenapa dia masih berdiri saja. “Kenapa gak duduk?” tanyanya heran.

Juna menggeleng. Dia membuka kedua tangannya lebar-lebar dan menggerakkannya seperti anak kecil. “Na,” panggil Juna disertai kode tersirat.

Adena tersenyum gemas, dia menangkap kode yang diberikan Juna dengan baik. Lalu dia berjalan menghampiri pemuda itu dan ikut membuka tangannya, memeluk Juna.

Sedangkan yang dipeluk hanya bisa tersenyum lebar dan meletakkan kepalanya di bahu Adena. “Nyaman,” gumam Juna membuat tawa Adena pecah. Juna di keadaan seperti ini benar-benar berbeda dari biasanya, dan itu sangat lucu di mata Adena.

Tangan Adena bergerak mengusap-usap kepala Juna dan sesekali menepuk-nepuknya dengan lembut. “Lo kalau kayak gini jadi mirip anak kecil. Dasar bocil.”

Juna mengeratkan pelukannya sebagai respon. “Bocilnya Adena,” ujarnya membuat senyum Adena merekah. Juna-nya benar-benar lucu.