9
Brak
Kayla mengedarkan pandangannya ke sekitar mencoba mencari sumber suara benturan yang cukup keras tadi. Matanya membelalak begitu mendapati seorang pemuda yang berbaring di jalan dengan keadaan kaki kanannya tertimpah motor.
Sontak orang-orang di sekitar langsung membantu memindahkan motor pemuda itu. Pak Soni, pemilik toko kelontong, memapah pemuda itu ke depan tokonya.
Kayla mengamati pemuda itu dengan cermat. Seragam sekolahnya terlihat sama dengan seragamnya, sepertinya mereka satu sekolah. Dia berjalan menuju toko kelontong untuk membeli minum lalu memberikannya pada pemuda itu. “Diminum dulu, Kak.”
Pemuda itu menggumamkan terima kasih lalu meneguknya hingga habis. Sesekali dia meringis seraya memijat pelan kakinya. Kayla yang tak tega akhirnya memberi saran, “Coba hubungin keluarga Kakak aja. Kalau sampai ada yang patah bisa langsung dibawa ke rumah sakit.”
Pemuda itu menatap Kayla sesaat lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Setelah memastikan pemuda itu benar-benar menghubungi keluarganya, Kayla memutuskan untuk pulang. Dia rasa tugasnya sudah selesai. Pemuda itu sudah menghubungi keluarganya dan akan segera dijemput, jadi, dia tidak memiliki alasan lain untuk masih berada di sana.
Pemuda itu memutuskan panggilan teleponnya lalu menoleh ke arah samping, di mana Kayla berdiri tadi. Tapi saat dia menoleh, gadis yang tadi menolongnya itu sudah tidak ada di sana. “Loh, udah pergi? Padahal gua mau bilang terima kasih.”