94

“Yang namanya Kayla Audina mana?” Pertanyaan dari Pak Hadi barusan membuat seisi kelas sunyi.

Beberapa siswa nampak saling pandang sampai akhirnya Kayla mengangkat tangannya. “Saya, Pak.”

Pak Hadi terlihat marah. Dia menunjuk wajah Kayla. “Kamu menjiplak tugas teman kamu, ya?” tanyanya menyudutkan. “Saya tidak akan menyebutkan siapa nama anak yang kamu jiplak tugasnya, tapi saya harap kamu sadar dengan kesalahan kamu.”

Kayla mengernyit bingung, tidak mengerti maksud Pak Hadi tentang menjiplak tugas temannya. Dia mengerjakan tugasnya sendiri semalam.

“Kamu keluar dari kelas saya. Berdiri di lapangan sampai pelajaran saya selesai di jam sembilan,” perintah Pak Hadi mutlak. “Selesai pelajaran saya langsung temui saya di ruang BK.”

Kayla mengangguk pelan, enggan membantah perintah sang guru. Pak Hadi bukan tipikal guru yang mudah diajak kompromi, dibanding dia harus berdebat dengan sang guru lebih baik dia mengikuti perintahnya terlebih dahulu.

Jauzan dan Ghazi yang melihat Kayla tidak memberi pembelaan hanya menggeram kesal. Mereka yakin Kayla tidak menjiplak tugas milik siapapun.

Jauzan rasa ada yang tidak beres di sini. Apa mungkin Kayla dijebak?