Epilog
Lelaki itu tersenyum memperhatikan pasangan suami istri itu dari tempatnya berdiri di pojok ruangan. Senyumnya itu bertahan lama sampai akhirnya diinterupsi oleh pertanyaan seorang remaja yang sepertinya baru saja memasuki masa putih abu-abunya.
“Kok ngelihatin dari sini aja, Om? Kenapa gak disamperin aja pengantinnya?” tanya anak itu penasaran karena melihat lelaki itu hanya berdiri di pojok ruangan dekat dengan tanaman yang sengaja di taruh di sana.
Lelaki itu hanya tersenyum kecil kemudian menggeleng. “Saya cuman mau lihat mereka aja,” jawabnya yang langsung dibalas anggukan anak itu.
“Om, dari pihak perempuan atau laki-lakinya?” tanya anak itu lagi, penasaran. Tipikal anak kecil yang ingin tahu banyak hal sekali.
“Laki-laki.”
“Saya mau ke depan sama Mama. Om, mau titip pesan buat pengantinnya?” tawar anak itu, ia bersedia membantu jika lelaki itu ingin menitipkan pesan pada pengantin di depan sana.
Lelaki itu akhirnya menoleh, tidak lagi memperhatikan pengantin di depan dan kini menatap anak itu. Dia lagi-lagi tersenyum. “Tolong beri tau perempuan itu, saya datang.”
“Aji! Kamu ngapain ngomong sama pohon lagi? Sini cepet.” Seorang wanita paruh baya berjalan cepat menghampiri anak itu dan langsung menariknya agar mengikuti langkahnya.
Anak itu sempat menoleh beberapa kali ke arah lelaki tadi berada, berharap bisa menemukan sosok itu dan bisa menanyakan namanya. Sayangnya lelaki itu menghilang, tidak terlihat di mana-mana bahkan sampai acara pernikahan itu selesai.