Halga membulatkan matanya saat membaca pesan yang dikirimkan Kevlar. Dia berusaha mengabaikan rasa penasarannya tentang alasan kenapa Mbak Joya berada di sekolah dan buru buru berlari menuju kantin. Dia tidak segan segan mematahkan tangan gadis siluman ular itu jika Mbak Joya sampai lecet walau sedikit saja.

“Kaina!” teriak Halga menggelegar begitu memasuki kantin. Wajah pemuda itu memerah karena emosi. Dia menatap Kaina yang sedang menjambak rambut Joya dengan penuh benci. Dengan cepat dia menarik tangan Kaina dan mendorong gadis itu ke belakang.

Dia mendorong kepala Kaina dengan telunjuknya. “Lo punya nyawa berapa sampai berani labrak Kakak gua? hah!” teriak Halga tepat di depan wajah Kaina. Dia benar-benar marah.

Tala dan Irga yang baru memasuki kantin langsung berusaha menenangkan Halga, bagaimanapun Kaina itu perempuan. Sedangkan Aji, Kevlar dan Kara membantu Joya dan membawanya keluar kantin.

Halga berusaha melepas tangan Tala dan Irga yang menahan tubuhnya. “Lepas anjing! Itu cewek uler baru aja jambak kakak gua!” makinya sambil menunjuk nunjuk Kaina. “Gua bakal patahin tangan yang lo pakai buat jambak kakak gua!”

“Tenang, Halga,” bisik Tala berusaha menenangkan sang adik. “Masih ada Mbak Joya di sekolah.”

Irga mengangguk setuju seraya mengusap punggung Halga. “Dia perempuan, Halga. Jangan gini, Mbak Joya bakal kecewa.”

Halga berdecak, dia mengalah. Pemuda itu menatap tajam Kaina lalu berjalan keluar kantin mencari di mana Joya berada. Sang kakak jauh lebih penting dari apapun yang ada.