Javiero meletakan ponsel Gianna di meja kemudian kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, menghisap gulungan nikotin yang diapit kedua jarinya.

“Lo balas apa?” tanya Gianna penasaran karena barusan secara tiba-tiba Javiero mengambil alih ponselnya untuk membalas pesan dari Luna. “Javi! Lo ngetik apaan ini,” pekiknya kaget ketika membaca balasan sang kekasih untuk Luna.

Javiero hanya mengedikkan bahunya abai, dia lebih memilih menikmati rokoknya dibanding membalas ucapan Gianna, yang jika saja dia balas mungkin akan berujung dia diomeli gadis itu.

Gianna bangkit dan menghampiri Javiero di balkon apartemennya. “Lo gak ngerasa ini berlebihan?” tanyanya kemudian.

“Nggak.” Javiero memutar tubuhnya menghadap Gianna lalu menarik pinggang gadis itu mendekat. “She's bothering you. Dia juga bikin jari kamu luka.” Pemuda itu mengangkat tangan Gianna yang terdapat luka cakaran dari Luna. Diciumnya luka itu dengan penuh sayang. “Dia ngelukain kamu, aku gak suka.”

“Javiero.”

Yes, Love?” balas Javiero dengan suara serak. Dia menyelipkan rambut Gianna kebelakang telinga agar tidak menghalangi pahatan wajah gadis itu yang teramat cantik.

“Lo anjing banget serius. And that's why I love you.”