Prolog
“Dia, perempuan cantik yang berdiri di balik meja kasir itu namanya Adena.”
Aku mengikuti arah pandangnya menuju meja kasir. Perempuan itu memang cantik. Matanya bulat penuh kasih sayang, dengan bola mata kecoklatan yang nampak indah. Rambutnya panjang sepunggung yang juga berwarna kecoklatan saat terkena cahaya matahari, cantik. Senyumannya manis, bisa membuatku ikut tersenyum saat melihatnya. “Dia blasteran?” tanyaku karena warna bola mata dan rambut perempuan itu tidak seperti kebanyakan orang.
“Iya, blasteran surga.” Orang itu tertawa lebar sembari memperhatikan Adena. Tawanya perlahan berhenti dan berganti menjadi senyuman penuh makna. Dia menoleh padaku kemudian berkata, “Dia cantik ‘kan? Cocok jadi istrimu. Nikahin dia sana.”
Aku mendelik dan langsung menggeleng tak setuju. “Kamu aja yang nikahin dia, aku gak mau. Aku gak kenal dia, apa lagi suka dia,” jawabku jengkel karena orang itu dengan seenak hati menyuruhku menikah.
“Ya karena kamu gak kenal dia makanya sekarang aku kenalin dia ke kamu,” balas orang itu masih berusaha membujukku. “Besok kuajak kamu ketemu orang tuanya, biar kamu kenal dia dari orang tuanya saja.”
Aku menatapnya sinis. “Kenapa gak kamu aja yang nikahin dia? Dia jauh lebih cocok sama kamu dibanding sama aku.”
Orang itu menghela napas berat kemudian memaksakan senyumnya padaku. “Kalau aku bisa pasti aku lakukan. Kalau aku gak bisa ngelakuin itu nanti, tolong lakuin itu untukku, ya.”
“Lakuin apa?” tanyaku bingung, tak mengerti maksud ucapannya barusan. Memangnya kenapa dia tidak bisa melakukan itu sendiri? Memangnya dia mau pergi jauh sampai tidak bisa melakukannya?
“Nikahi dia,” jawab orang itu, “nikahi Adena, Ju.”
Aku terdiam tak tahu harus merespon ucapan orang itu seperti apa. Nada bicaranya yang terdengar putus asa membuatku bimbang.
Beberapa detik kemudian sebuah suara lembut menyapa indera pendengaranku. Perempuan tadi, Adena, tersenyum ke arahku sambil melambaikan tangannya senang. Ah, salah, dia bukan melambaikan tangannya padaku, tapi pada orang yang duduk bersamaku ini.
Tanpa kusadari aku mulai berdoa dalam hati jika orang itu tak bisa melakukannya hingga aku yang harus menikahi Adena. Perempuan cantik pemilik senyum yang membuatku terpukau selama beberapa saat ketika melihatnya.
Sejak saat itu aku tersadar, jika aku jatuh hati padanya.